Subjektif

Bahwa, semua hal di dunia ini termasuk dalam lingkup subjektif, ya, Gong. Misalnya kamu memerintah suatu negara, jika pilihanmu menguntungkan kelompok A saja, maka kelompok tersebut akan menyebut kebijakanmu sebagai suatu pilihan yang bijaksana. Begitu juga ketika pilihanmu menguntungkan kelompok A & B, mereka akan berkata senada. Padahal dengan kacamata yang lebih besar lagi, kita dapat melihat bahwa satu negara tidak di huni oleh dua kelompok saja, maka kelompok-kelompok ini akan melihat kebijakanmu sebagai langkah yang mematikan aspirasi warganya.


Bagus.

Bagus juga subjektif, dari faktor apa, mana saja dan seterusnya. Bahkan ketika kata Bagus di jadikan sebuah nama, juga akan tetap menjadi subjektif. Apalagi jika dalam satu ruangan, tempat, wilayah, terdapat lebih dari satu nama Bagus. Akan menjadi lebih kompleks.


Kolam renang.

Kolam renang dengan kedalaman lima meter bagi seekor jerapah dengan tinggi mencapai delapan meter, bukanlah tempat yang mengerikan. Akan tetapi bagi beberapa manusia terlihat mengerikan, malahan mungkin bagi seseorang yang sama sekali tidak bisa berenang tempat tersebut menjadi neraka.


Dan masih lebih banyak contoh.

Kata terakhir, setiap kata menjadi subjektif, maka kita sebagai manusia yang memiliki pola pikir harus bisa memilah, memilih dan mengolah setiap kata baik terlihat, terdengar, teraba, tertulis dan di katakan. Menjadi bentuk yang padu sesuai dengan tempat serta waktunya.

Bukan siapa-siapa. Hanya pejalan biasa