MRS.KUN



Sudah cukup lama tak bersapa sejak ia terlihat berayun-ayun manja diatas ayunan yang terikat pada pohon beringin tua.

Padahal, saat itu aku katakan dengan tandas “Mau ikut bonceng? Ayo, tapi jangan bikin kaget. Jangankan kamu, sesamaku saja kalau bikin kaget ya aku kaget beneran.” jalan sunyi sepi yang masih panjang untuk sampai ke rumah, pun, akhirnya sendirian menembus pekat malam. Tak ada apa-apa, hanya menyisakan pertanyaan besar “Benarkah apa yang aku lihat tadi?” 

Terlihat cewek bergaun putih menutupi sekujur tubuhnya hingga kaki tak terlihat sama sekali. Manja, namun ia tak menampakkan wajahnya. Apakah cantik jelita atau bagaikan pualam tua yang keras penuh cerita.

Pagi ini, sesuatu yang mirip datang dalam sebuah mimpi dengan latar belakang pasar tua. Iya, akhir ini aku memang sering bereksplorasi di pasar, dari pasar ke pasar, memandangi sesuatu atau mencatatnya dalam ingatanku yang lelah dan letih.

Sama seperti keseharianku yang kadang aku jepret gawaiku untuk mengabadikan momen-momen tertentu. Hanya saja, dalam mimpiku aku memotret cahaya yang masuk dari sela-sela genting rusak tepat beberapa meter diatas kepalaku. Krek!

Seolah tak kulihat apa-apa, ku simpan ponselku dan melupakan jepretanku. 

Beberapa langkah, rasa penasaran akan hasil potretku, pun meronta. Akhirnya tangan menggenggam perantiku tersebut, seksama aku melihat. Yaah! Terlihat seperti bayangan cewek ikut terjepret dalam bingkai fotoku. Ah, masa sih?

Dengan rasa penuh penasaran, aku memutar badan dan mengunjungi lokasi tempatku mengabadikan waktu. Sesampai di sana, seorang perempuan yang mirip dengan jepretanku menyapa. Mukanya pucat putih, namun tetap anggun tersenyum berseri. Aku gambarkan ia masih cukup muda, belum ada 35 tahun. Hanya beberapa saat kita bertukar kata, yang aku pun lupa bagaimana detailnya, ia malah memijit tangan kananku sangat keras.

Brrr...
Sangking kerasnya aku terbangun, lalu kupandangi tanganku. Benar, terlihat di bagian luar tanganku sebuah lekukan kecil memanjang dan cukup membuat ngilu.

Ah, ya. Mungkin ini pesan. Ada baiknya kalau di pasar aku tak memotret segala sesuatu tanpa izin, kendati apa yang aku foto adalah barang-barang jualan orang lain atau hal-hal yang menurutku itu biasa saja.
Bukan siapa-siapa. Hanya pejalan biasa