Rahvayana: Sajak Dalam Duka



Sinta, tak ada lagi hari yang berbeda dalam hidupku. Iya, itu karena saat ini semua hari sama. Sama-sama mencekamnya, yang membedakan keseharianku adalah bagaimana aku melupakan dan mengalihkan semua pikiranku untuk lupa sejenak tentang hidupku sendiri.

Aku mencoba menggoreskan pena, meski tintanya kucuran darahku dan alasnya adalah kulitku. Dalam setiap detik ku peras tubuhku menjadi butiran-butiran peluh yang ku tadah dan ku panaskan dalam tungku perapianku.

Hangat, menyengat, lekat.
Setelah peluhku mendidih, ku persiapkan wadah dari bekas batok kelapa, menyeduhnya dengan menatap kisah tragis dunia.

Sudah lupa lagi kapan kan berakhir, karena sebenarnya ini semua sudah sirna, yang ada kini aku hanya hidup dalam masa lalu. Menyendiri ditengah pilu.


Rahvayana: sajak dalam duka.
Bukan siapa-siapa. Hanya pejalan biasa