Wanita
Kekasih, telah aku jumpai banyak wanita, beberapa diantara mereka adalah orang-orang yang pernah singgah di hatiku, menemani perjalananku menuliskan takdir kehidupanku.
Dalam sepi di saat aku rindu, terkadang aku menulis tentang mereka. Kata demi kata, bait ke bait dan rima ke rima. Hingga tak terasa telah lama aku begadang hanya di temani rembulan.
Mentari menyapa mataku yang sayu. Setiap pagi aku merasa telah mengerti banyak mengenai wanita, namun ternyata aku selalu salah. Lalu aku coba menerapkan banyak rumus matematik, harapku adalah bahwa matematik mampu mendobrak dinding besar yang menghadang dalam hati seorang wanita. Apa persamaannya? Matematik sejujurnya adalah mencari pola-pola yang terlihat tidak terpola. Hanya saja, dengan cara ini aku kembali gagal. Selalu gagal dan terus saja gagal.
Aku tidak pantang menyerah, karena kata menyerah beserta terjemah, sinonim dan turunannya sudah ku hapus dari glosarium perbendaharaan kata hidupku. Ku coba mendeskripsikan seorang wanita, hanya seorang saja, karena terlalu banydeskripsikan membuatku semakin sempoyongan, juga aku adalah tipe yang memiliki loyalitas tinggi. Tak mungkin aku menaruh dua matahari untuk menyinari hatiku.
Dalam deskripsi yang ku tulis, aku selalu menganggap telah mengenal jauh, nyatanya lagi-lagi aku keliru. Setiap hal yang aku tulis adalah kebalikan apa yang ia miliki. Ku gigit jari jemariku dalam ngeri, bagaimana hal ini bisa terjadi?
Tentu tak hanya sampai di situ, cerita panjang sepanjang bubur kayu yang siap di cetak menjadi kertas-pun tak akan mampu. Iya, untuk menuliskan hal-hal mengenai wanita. Dari buku ke buku terus ku baca, ku teliti lagi dari pijakan referensi yang telah ada, semuanya sia-sia. Dari guru ke guru, ku timba ilmu, semuanya juga nadir berada di titik jemu.
Lalu kemanakah? Di manakah? Atau memang semisterius itu kah? Lagi-lagi aku bertanya-tanya dalam tanya yang hanya akan menjadi sebuah cerita.
Gabung dalam percakapan