Invictus



Selain hal klise berupa perempuan yang sering abai masalah perolian sepeda motor. Menurut tetanggaku, perempuan juga suka menggunakan spionnya untuk berkaca-kaca, Sinta.

Lalu apakah ia berkaca mengenai wajahnya atau berkaca tentang hatinya? Ini masih mencoba aku teliti. 

Bila ada orang berkata perempuan tak terkalahkan, dengan terpaksa atau kerelaan tentunya aku harus mengamininya. Seperti halnya sering aku di dahului perempuan-perempuan yang mengendarai motor dengan kencang. Jika itu lekaki, aku anggap, ah, sudah biasa. Namun tak hanya kencang, satu tangan hanya memegang kendali setang-pun pernah aku di lumat mentah-mentah. Sepertinya tangan lain memegang tas yang berisi bedak-bedak mahal dari seantero jagat raya.

Lelaki-pun, sangat jarang yang sanggup menyalip dengan kencang, plus, satu tangan saja. Bila wanita selalu menggunakan perasaan, kemungkinan adalah fakta nyata bahwa mereka tak ingin menggunakan spion sebagai alat bantu untuk melihat masa lalu, atau, sekedar memastikan arah jalur belakang aman.

Soal perolian, sebetulnya wanita paham mengenai kapan waktunya ganti. Namun, nyatanya ibu-ibu di rumah-rumah selalu menggunakan apapun dengan hati-hati. Misalnya ya uang. Banyak suami-suami berkisah bahwa ia mempunyai uang simpanan lain hanya untuk hiburan dirinya sendiri. Mengapa? Uang yang sudah masuk ke kantong istri jauh lebih sulit di temukan dari pada tantangan menemukan jarum dalam tumpukan jerami.

Oh, ya. Perempuan memang tak terkalahkan, misalnya dalam membangun sebuah kenyamanan di rumah. Satu perempuan bisa melakukan multi-kerjaan dalam waktu bersamaan, namun, sepuluh lelaki belum tentu bisa melakukan kerjaan harian yang di lakukan perempuan.
Bukan siapa-siapa. Hanya pejalan biasa