Aku hanyalah pulpen yang mana putaranku sesuai dengan tangan penggerakku dan apa yang aku tuliskan adalah buah pikir penciptaku, sama sekali bukan aku yang menuliskan.
Bacalah apa yang aku tarikan seirama para darwis bersenandung, karena suatu saat masa baktiku habis dan tinta darahku tak sanggup mengalir tuk mengisi ruang serta waktu. Ketika itu pula engkau akan kehilanganku, akupun telah kembali.
“Kemana perginya kawanan burung ketika malam? Kemana perginya banjir ketika surut? Aku tak menemukan jawaban. Apakah jawaban itu ada dalam hatimu, kekasih?”
Teks asli di publikasikan pada tanggal 9 Agustus 2019.
Gabung dalam percakapan