Semesta: Gusti Nurul, Mangkunegaran dan Cerita



Heuheuheu.
Mungkin tawaku terlalu keras sehingga di dengar oleh semesta, Gong. Ya, kala itu aku sedang melihat pertunjukan wayang di jauh ujung belahan dunia yang lain. Sebuah pertunjukan yang mana sindennya ternyata di putar melalui sebuah alat, ntah itu kaset atau hal lain.

Dalam hatiku aku bertanya-tanya: jangan-jangan ini adalah gambaran bangsa kita puluhan tahun mendatang? 

Waah, pertanyaan demi pertanyaan bermunculan, tak terasa pertunjukan telah usai.



Beberapa hari berlalu, semesta menuntunku ke sebuah pusat pemerintahan kecil di masa lampau. Di sana aku mendapatkan banyak pengetahuan-pengetahuan baru, baik yang telah tersebar di khalayak umum ataupun belum.



Salah satu pengetahuan yang aku dapatkan adalah kenyataan bahwa di masa lampau terdapat sebuah pertunjukan, ah ya, bukan. Tetapi itu adalah sebuah persembahan tari di mana suaranya di siarkan secara langsung oleh iringan gamelan Kyai Kanyut Mesem dari Solo, Pura Mangkunegaran. Lalu penarinya berada di Belanda. 



Pikiranku campur aduk. Bagaimana ini? 
Iya, itu di luar fakta bahwa ternyata streaming sudah eksis sejak zaman dahulu. Ternyata, pentas langsung dengan iringan yang di putar melalui alat juga telah ada sejak dahulu.

Perlu di ketahui juga bahwa seorang penari tersebut adalah cucu Sultan Jogja Hamengkubuwono VII dan putri dari KGPAA Mangkunegara VII. Beliau bernama RA Siti Nurul Kamaril Ngarasati Kusumawardhani, atau biasanya akrab dengan panggilan Gusti Nurul, saja.

Bukan siapa-siapa. Hanya pejalan biasa