The Dualism



Kala pekat kegelapan semakin tiba pada puncaknya

Bintang gemintang yang menawan timbul tenggelam

Elok rembulan bercahaya bak kerlingan pembius jiwa


Suara kedamaian mengangkasa mengisi semesta

Hingga jatuhnya setetes air, pun, dapat di rasa merdunya

Jangkrik-jangkrik layaknya paduan suara

Bernyanyi riang dan gembira


Namun

Saat malam beranjak suntuk

Gemerlap cahaya itu adalah percikan dan nyala api dari roket-roket yang menyala

Serta rembulan itu tak pernah ada, yang ada adalah lampu tembak untuk mengarahkan senjata


Raungan mesin-mesin tempur menggema

Berderu mengisi sudut ke sudut

Setakat darah menetes, pun, tak terasa

Tembakan-tembakan layaknya ucapan

Tak berhenti sampai nafas pelurunya usai

Tiada nyanyian, sebab yang ada hanya suara tangisan dan kesedihan


Gambar: AI

Bukan siapa-siapa. Hanya pejalan biasa